welcome

Rabu, 17 Oktober 2012

PENONTON VS IBU


Api membara dari rumah ke rumah. Terlihat banyak orang berusaha memadamkam si jago merah dengan berbagai cara. Ada yang mondar- mandir dengan paniknya melawan api. Tak perduli panasnya api bisa melelehkan kulit mereka. Mereka berhasrat mematikan api sebelum membesar dan menyambar ke rumah lainnya. Walaupun terkadang usaha mereka seperti menjaring angin. Air seember tak sebanding dengan kuatnya api yang begitu besar. Terkadang air yang mereka siramkan tak sampai ke sumber api. Namun yang terpenting mereka sudah berusaha.
Di sisi lain, ada orang- orang yang hanya jadi penonton. Mendekati api pun mereka enggan. Mereka hanya berani melihat api yang membara dari kejauhan di tempat yang terasa aman. Mencari tempat yang strategis dengan sudut pandang yang terbaik untuk melihat peristiwa langka ini. Tak jarang mereka tertawa kagum melihat api yang semakin membesar. Mereka seperti mendapat hiburan gratis penghilang stress. Tak heran mereka berfoto-foto berlatarbelakangkan api merah yang mengamuk. Api yang semakin membesar sebanding dengan tingkat kegirangan mereka. Mereka terkesan acuh, bahkan sebenarnya merekalah yang menghambat pemadaman api, sang regu pemadam yang datang harus terhalang oleh kerumunan penonton.
Terlihat juga ada seorang ibu yang meronta-ronta dan menjerit histeris di sekitar api. Banyak orang yang menahan ibu itu. Tak jarang ibu itu terhempas  ketanah mengikuti air matanya yang terjatuh. Sesekali ibu itu lolos dari cengkram orang- orang dan menuju ke api itu. Entah apa yang dipikirkan oleh sang ibu itu. Begitu beraninya dia ingin menerobos ke rumahnya yang sudah menjadi dinding api. Beruntung dia masih terkejar dan tertahan lagi. Perlawanan terus dia lakukan untuk masuk ke api itu. Tak berdaya dia lemas di tepi api yang panas. Dia terpaksa menunggu sang api puas menghancurkan rumahnya jadi puing- puing berasap.  Akhirnya semua rata dengan tanah. Tim SAR menulusuri puing- puing dengan hati- hati. Sampai akhirnya tim SAR membawa kantong mayat dari bawah puing- puing. Diketahui mayat itu adalah bayi dari ibu yang meronta- ronta tadi. Terjawab sudah kenapa ibu itu ngotot ingin menembus api. Itu karena ada sesuatu yang berharga di dalam api itu. Ada sesuatu yang tak berdaya dan butuh bantuan di dalamnya.
Ini adalah ilustrasi yang terpapar untuk mengingatkan kita akan hal yang berharga di sekitar kita. Tentunya banyak hal yang berharga di sekitar kita baik yang kita sadari maupun tidak. Namun marilah kita fokus pada lingkungan hidup. Apa artinya kita sebagai manusia tanpa lingkungan hidup atau yang sering kita sebut sebagai “sang alam”. Namun manusia sering lupa akan jasa- jasa yang diberi oleh sang alam. Banyak kita lihat di kota kita masing- masing. Pohon- pohon dirobohkan hanya untuk proyek pelebaran jalan dan pembangunan gedung- gedung untuk kepentingan meraup uang. Semua tergantung kepada kalian semua. Ingin jadi “penonton” yang hanya melihat pepohonan ditebang secara membabi buta tanpa melakukan apa- apa, atau ingin menjadi seorang “ibu” yang merasa ada sesuatu yang sangat berharga untuk diselamatkan. Ingatlah, hanya perlu beberapa menit untuk merobohkan pohon, namun perlu diketahui kita butuh waktu bertahun- tahun untuk membesarkan satu pohon.
SAVE OUR TREES.