Api membara dari rumah ke rumah. Terlihat banyak
orang berusaha memadamkam si jago merah dengan berbagai cara. Ada yang mondar-
mandir dengan paniknya melawan api. Tak perduli panasnya api bisa melelehkan
kulit mereka. Mereka berhasrat mematikan api sebelum membesar dan menyambar ke
rumah lainnya. Walaupun terkadang usaha mereka seperti menjaring angin. Air
seember tak sebanding dengan kuatnya api yang begitu besar. Terkadang air yang
mereka siramkan tak sampai ke sumber api. Namun yang terpenting mereka sudah
berusaha.
Di sisi lain, ada orang- orang yang hanya jadi
penonton. Mendekati api pun mereka enggan. Mereka hanya berani melihat api yang
membara dari kejauhan di tempat yang terasa aman. Mencari tempat yang strategis
dengan sudut pandang yang terbaik untuk melihat peristiwa langka ini. Tak
jarang mereka tertawa kagum melihat api yang semakin membesar. Mereka seperti
mendapat hiburan gratis penghilang stress. Tak heran mereka berfoto-foto
berlatarbelakangkan api merah yang mengamuk. Api yang semakin membesar
sebanding dengan tingkat kegirangan mereka. Mereka terkesan acuh, bahkan
sebenarnya merekalah yang menghambat pemadaman api, sang regu pemadam yang
datang harus terhalang oleh kerumunan penonton.
Terlihat juga ada seorang ibu yang meronta-ronta
dan menjerit histeris di sekitar api. Banyak orang yang menahan ibu itu. Tak
jarang ibu itu terhempas ketanah
mengikuti air matanya yang terjatuh. Sesekali ibu itu lolos dari cengkram
orang- orang dan menuju ke api itu. Entah apa yang dipikirkan oleh sang ibu
itu. Begitu beraninya dia ingin menerobos ke rumahnya yang sudah menjadi
dinding api. Beruntung dia masih terkejar dan tertahan lagi. Perlawanan terus
dia lakukan untuk masuk ke api itu. Tak berdaya dia lemas di tepi api yang
panas. Dia terpaksa menunggu sang api puas menghancurkan rumahnya jadi puing-
puing berasap. Akhirnya semua rata
dengan tanah. Tim SAR menulusuri puing- puing dengan hati- hati. Sampai
akhirnya tim SAR membawa kantong mayat dari bawah puing- puing. Diketahui mayat
itu adalah bayi dari ibu yang meronta- ronta tadi. Terjawab sudah kenapa ibu
itu ngotot ingin menembus api. Itu karena ada sesuatu yang berharga di dalam
api itu. Ada sesuatu yang tak berdaya dan butuh bantuan di dalamnya.
Ini adalah ilustrasi yang terpapar untuk
mengingatkan kita akan hal yang berharga di sekitar kita. Tentunya banyak hal
yang berharga di sekitar kita baik yang kita sadari maupun tidak. Namun marilah
kita fokus pada lingkungan hidup. Apa artinya kita sebagai manusia tanpa
lingkungan hidup atau yang sering kita sebut sebagai “sang alam”. Namun manusia
sering lupa akan jasa- jasa yang diberi oleh sang alam. Banyak kita lihat di
kota kita masing- masing. Pohon- pohon dirobohkan hanya untuk proyek pelebaran
jalan dan pembangunan gedung- gedung untuk kepentingan meraup uang. Semua
tergantung kepada kalian semua. Ingin jadi “penonton” yang hanya melihat
pepohonan ditebang secara membabi buta tanpa melakukan apa- apa, atau ingin
menjadi seorang “ibu” yang merasa ada sesuatu yang sangat berharga untuk
diselamatkan. Ingatlah, hanya perlu beberapa menit untuk merobohkan pohon,
namun perlu diketahui kita butuh waktu bertahun- tahun untuk membesarkan satu
pohon.
SAVE OUR TREES.
SAVE OUR TREES.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar