welcome

Kamis, 27 Juni 2013

GOD BLESS THE KING

Alkisah ada sebuah cerita yang menggambarkan betapa dekatnya Tuhan dengan manusia. Namun seringkali kita sebagai manusia tidak menyadari hal itu. Dan tidak jarang pula kita memaksa diri bahwa rencana manusia adalah yang terbaik daripada rencana- Nya. Cerita dibawah ini akan menggambarkan bukti bahwa pendapat itu merupakan kesalahan terbesar dan mengingatkan kita bahwa rencana Tuhan adalah yang terbaik untuk manusia.
Alkisah ada seorang raja yang gemar berburu binatang di hutan. Dia selalu ditemani oleh pengawal setianya. Kebetulan pengawal setianya itu senang berucap, “Apapun yang terjadi, inilah yang terbaik”. Sang raja menyukai pengawal itu karena dianggap sangat bijaksana dengan selalu berkata seperti itu. Suatu saat sang raja berkelana di hutan dengan pengawalnya itu untuk berburu rusa. Setelah berjam- jam berburu, binatang yang didapat hanyalah seekor babi hutan, terlintas kekecewaan di raut muka sang raja, namun pengawalnya berkata, “Apapun yang terjadi, inilah yang terbaik”. Kemudian mereka pulang ke istana dengan membawa hasil buruan apa adanya. Keesokan harinya, mereka kembali ke hutan untuk berburu rusa. Tetapi lagi- lagi yang didapat jauh dari harapan, panah sang raja hanya mengenai seekor kelinci. Raja kecewa lagi karena belum bisa mendapat buruan yang diinginkan. Seperti biasa pengawal ini berkata hal yang sama, “Apapun yang terjadi, inilah yang terbaik, Tuan.” Walaupun kecewa dengan hasil tangkapannya, sang raja hanya mengangguk setelah mendengar ucapan pengawalnya itu dan kembali ke istana.
          Pada hari berikutnya, sang raja berniat kembali ke hutan dan tak tanggung- tanggung ia bertekad untuk mendapatkan buruan seekor harimau. Sungguh ambisi yang begitu besar yang muncul di hati sang raja kali ini. Seperti biasa, pengawalnya selalu ada di belakangnya. Mereka menelusuri hutan selama berjam- jam namun buruannya tak juga tampak. Akhirnya sang raja kelelahan dan memutuskan untuk beristirahat sejenak. Disaat mereka beristirahat di balik sebuah pohon yang teduh, secara tiba- tiba seekor harimau buas muncul dan menerkam sang raja. Raja terkejut dan berusaha mati- matian melawan terkaman harimau buas itu. Pengawalnya pun juga berusaha sekuat tenaga melepaskan rajanya dari amukan harimau itu. Akhirnya, pengawal itu berhasil melukai, memukul mundur harimau dan membebaskan rajanya. Namun sang raja terluka parah, si pengawal melihat kaki raja yang berlumuran darah dan di ketahui jempol kakinya putus karena amukan sang harimau. Sang raja saat itu langsung jatuh pingsan karena banyak mengeluarkan darah. Ia harus segera dilarikan kembali ke istana untuk mendapatkan perawatan intensif. Setelah siuman, sang raja pun mengetahui bahwa ia sudah kehilangan jempol kaki kanannya. Ia merasa kecewa dan sedih, buruan tak di dapat malah harus kehilangan salah satu bagian tubuhnya. Kemudian, pengawalnya menghampirinya dan berkata, “Apapun yang terjadi, itulah yang terbaik, Tuan.” Mendengar ucapan pengawal itu, sang raja yang sedih itu berubah menjadi marah dan menyuruh pengawal itu keluar ruangan dan membiarkan sang raja sendirian.
          Selang beberapa hari, sang raja sudah merasa kuat untuk kembali berburu di hutan. Namun kali ini tanpa sepengetahuan orang- orang istana termasuk pengawal setianya. Dia berjalan mengendap- endap keluar istana supaya tidak ada yang mengikutinya ke hutan. Sesampainya di hutan, sang raja memulai aksi perburuannya. Lagi- lagi setelah berjam- jam, tak satupun buruan didapatnya. Kemudian ia berteduh di sebuah pohon besar untuk sejenak beristirahat. Tidak disangka, beberapa orang pedalaman muncul dan mengepung  sang raja. Mereka tampak tidak bersahabat. Sang raja berusaha berkomunikasi untuk meyakinkan mereka bahwa ia hanya lewat untuk berburu binatang. Namun mereka tidak mengerti bahasa yang digunakan sang raja. Mereka kemudian dengan bringas menyergapnya dan dibawa ke pemukiman suku pedalaman. Kemudian sang raja dihadapkan kepada kepala suku. Orang- orang pedalaman itu berniat untuk menjadikan raja sebagai korban persembahan bagi para dewa. Raja itu diikat dan siap untuk dikorbankan. Namun kepala suku melihat hal yang tidak biasa pada tubuh raja itu. Kepala suku menyadari bahwa tubuh raja itu tidaklah sempurna karena salah satu bagian tubuhnya tidak ada. Jempol kaki kanannya telah hilang. Maka raja itu tidak layak dijadikan korban persembahan bagi para dewa. Kemudian raja itu dilepaskan dan dibebaskan begitu saja. Ia berlari keluar hutan dan berhasil kembali ke istananya. Sesampainya di istana sang raja menceritakan semua kejadian yang menimpanya kepada istrinya dan para pengawalnya. Sang raja merasa sangat lega dan senang karena bisa kembali dengan selamat walaupun sempat ditahan oleh suku pedalaman. Sering terlihat tawa sang raja saat bercerita pengalamannya itu. Pengawalnya kemudian menghampiri sang raja dan berkata “sudah kah tuan bersyukur atas keselamatan yang tuan terima? Semua peristiwa yang tuan alami adalah rencana Tuhan yang terbaik. Coba bayangkan bila tuan mengajak hamba berburu, pasti hambalah yang akan ditahan oleh orang pedalaman itu dan dijadikan korban persembahan karena hamba mempunyai organ tubuh yang lengkap. Terpujilah Tuhan atas semua kehendak-Nya.”  Sang raja itu termenung dan baru menyadari apa yang sering dikatakan pengawalnya, bahwa yang terbaik adalah kehendak Tuhan, bukan kehendak manusia.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar