welcome

Rabu, 29 Agustus 2012

Teka- teki Kehidupan



Kehidupan penuh dengan misteri
Tak ada satu pun yang bisa menebak
Apa yang akan terjadi di hari esok
Akan kah datang bencana
Atau kah akan datang pesta pora

Manusia hanya bisa meraba-raba tentang hari esok
Mungkinkah datang kesedihan
Yang memaksa kita untuk menangis
Atau mungkinkah akan datang sukacita
Yang menuntun kita untuk tertawa

Semua masih tertutup rapat
Dan menjadi sebuah teka-teki kehidupan.

Selasa, 21 Agustus 2012

Waktu Tak Akan Kembali


Waktu itu di kala matahari masih bersinar dengan sendu. Aku duduk termenung di antara tembok-tembok kamar yang menatap tajam diriku. Jendela bak menutup rapat kebeningannya, menghalangi sinar penerang masuk kedalam. Pintu seakan mengunci rapat- rapat dan menutup setiap rongga kecil sehingga tak ada kemungkinan bagiku untuk keluar. Lalu aku menatap jam yang tergantung di tembok, wajahnya pucat dan kaku. Entah kenapa kedua bola mataku tak bisa berpaling memandangnya. Aku dengar dia bersuara, pelan tapi pasti, “TIK…TIK…TIK…TIK…”. Suara itu menambah risau hatiku. Terlintas sekejap di pikiran, “Apakah detik waktu itu bisa berhenti sejenak menungguku? Apakah detik waktu itu bisa kuputar kembali ke masa- masa yang aku inginkan?” Namun jam tembok itu tak menjawabnya, dia tetap menggerakkan setiap detik waktu tanpa menghiraukan setiap pertanyaanku tadi. Dia tidak memperlambat detiknya dan juga tidak mempercepatnya. Namun, tak lama aku mendengar suara detik itu semakin keras, berusaha membangunkanku dari lamunan dan dari pertanyaan-pertanyaan bodohku. Dan aku berhasil tersadar, aku telah menyia-nyiakan waktu berdetik-detik hanya untuk memandang waktu yang terus bergulir tanpa melakukan sesuatu yang berguna. Walaupun pertanyaanku tak terjawab, tetapi aku yakin bahwa “WAKTU TAK AKAN KEMBALI”.

Senin, 20 Agustus 2012

TEMANGGUNG - AMBARAWA - SALATIGA


Temanggung - Ambarawa - Salatiga
Rute perjalanan yang penuh distorsi
Dimana bahaya sewaktu-waktu melirik
Siap menerkam tak pandang bulu

Pacu roda dua kecepatan tinggi
Melibas jalanan hempaskan debu
Berpacu dengan angin dan waktu
Pandangan kedepan pantang berkedib

Tak mengenal lelah maupun lengah
Aku tempuh dengan gagah berani
Demi mengejar ilmu, cinta dan cita
Untuk masa depan yang lebih cerah

THE ANTHEM


Luapan jiwa yang bergejolak
Tak mampu mereka dengarkan
Ide yang meledak- ledak di dalam otak
Memaksa coretan ini jadi pelampiasan

Mencoba mengabadikan setiap momen
Walaupun aku tahu tak akan ada yang abadi
Mencoba menorehkan semuanya yang terasa
Dalam sebuah tulisan yang lugas dan berani

Setiap coretan berbeda cerita
Tak akan pernah ada yang sama
Setiap puisi berbeda makna
Sesuai apa yang sedang hati rasakan

Aku bercerita tentang apa yang terjadi di sekitar
Kemudian melontarkan peluru- peluru kritik
Kepada mereka yang perlu tamparan untuk sadar
berharap mereka bertekuk lutut dan kembali membela rakyat

Menantang mereka demi sebuah keadilan
Itulah salah satu tujuan coretan ini
Membuat mereka gusar dan gelisah
Memaksa mengigit lidah mereka sendiri dan mati

Aku juga bercerita tentang eksotika cinta
Dimana aku terbang di tengah- tengah awan
Memandang rembulan yang tersenyum
Menikmati sinar bintang yang bertebaran

Aku bercerita tentang lika-liku kehidupan
Dimana roda pasti terus berputar
Menjalani sisa hidup dengan penuh syukur
Memandang hari esok dengan mata terbuka

Aku bercerita tentang pedasnya mengenal cinta
Belajar mengerti arti kata cinta
Memahami rasa tersiksa karena rindu
Melampaui batas pikiran anak Adam

Setiap kata keluar apa adanya
Seirama dengan apa yang terjadi
Percayai tak ada yang kekal di dunia
Namun berharap coretan ini bisa melegenda

Sabtu, 18 Agustus 2012

SARAPAN PAGI


NIKMATNYA SARAPAN DI PAGI HARI
SETELAH TERSADAR DARI INDAHNYA MIMPI
SAATNYA KEMBALI KEPADA REALITA HIDUP INI
AKU MENCOBA SISINGKAN LENGAN DAN JAJAKI
KEHIDUPAN SEKARANG DAN MASA DEPAN YANG PENUH MISI
TAK INGIN BIARKAN KREAVITAS DI DALAM OTAK MATI
LAKUKAN SESUATU DAN BERKARYA DI USIA DINI
BERHARAP SEMUA KARYAKU DAPAT DIHARGAI

Kamis, 16 Agustus 2012

Hiasan Terakhir




Aku mendengar jeritanmu malam itu
Menambah malam semakin mencekam
Lebih mencengkam dari kelamnya badai
Masih terngiang di kepala
tak mampu untuk melupakannya

Menyesal tak bisa melihatmu saat itu
Menemanimu di saat-saat terahkir
Menyesal tak bisa mengusap wajahmu
Mengurangi rasa sakit yang kau rasa

Surya terbit dengan pucatnya
Sepucat wajahku melihatmu terdiam
Matamu sayu tak berbicara
Berat untuk menerima kenyataan
Bahwa dirimu telah meninggalkanku

Memang tidak ada yang abadi
Namun ku mencoba mengabadikan
Semua kenangan tentang kita
Masa-masa saat kita masih bersama

Tidak ada kata terlambat
Kujadikan puisi ini
Sebagai hiasan terakhir
Untuk melepas kepergianmu


Tribute to my beloved dog “CIKO”

Sabtu, 04 Agustus 2012

NO EXTREMIST


Kamu yang berbeban berat
Kamu yang galau akan cinta
Kamu yang pening karena tugas menumpuk
Datanglah kepada kami disini

Lepaskan beban dipundakmu
Sesaat buang rasa sedihmu
Terbitkan sukacitamu
Berdansa bersama kami disini

Tak usau risau karena kamu berbeda
Karena disini kami semua tak ada yang sama
Banyak kepala banyak pikiran
Tetapi kami satu tujuan

Kalau kamu tak mampu menerima perbedaan
Jangan harap kami melirikmu
Kalau kamu berpikiran fanatik
Jangan harap kami menerimamu

Kami sudah damai dengan saling menghargai
Tak usah kamu mengusik kami dengan pahammu itu
Kami benci orang skeptik
Kami benci keseragaman

Kami tidak akan menginjak
Bila kami tak merasa terinjak
Kami simpan amunisi
Bila kamu tak menarik pelatukmu